Review/preview - Issue - News - Comments - Mind words

Sunday, February 22, 2009

Berebut kursi presiden RI

Lihatlah betapa serunya persaingan dalam kandidasi presiden RI dalam setiap partai politik yang bertebaran di Indonesia. Mau pilih siapa ? ntar dulu, kita mesti nunggu hasil Pemilu episode pertama, partai mana yang menguasai banyak kursi di DPR sana.
Mari kita lihat siapa saja kandidat yang sudah tersiar di media massa. Tapi maaf saja, ini sekedar pendapat pribadi saya.

Sejak pensiun dari gubernur DKI Jakarta, Soetiyoso sudah menyatakan siap untuk menjadi Presiden RI berikutnya. Track record yang dia punya ? lihat saja apa yang sudah buat untuk Jakarta. Ada yang bilang baik, ada yang bilang nggak baik, itu semua pendapat yang relevan. Toh gak semua orang setuju dengan adanya busway, tapi tiap hari naik busway.

Sebagai anak dari presiden pertama, Megawati Soekarnoputri sepertinya hanya menjual wibawa dan kharisma yang diturunkan oleh sang ayah. Track record yang dia punya nggak begitu kentara kecuali beberapa BUMN yang dijual pada pihak asing. Bukan menyalahkan, memang pada kenyataannya BUMN kalo dipegang sendiri oleh negara malah sering merugi, tapi begitu dipegang pihak ketiga, untungnya bisa berlipat-lipat.

Susilo Bambang Yudhoyono masih tercatat sebagai Presiden RI saat ini, beliau belum menyatakan diri untuk maju sebagai calon presiden. Tapi, mau siapa lagi calon dari Partai Demokrat. Sebagai orang yang pernah mencium aroma militer, paling tidak dia bisa menerapkan disiplin dalam bertugas. Meski belum sebaik Pak Harto (saya bukan membela Orde Baru, tapi bandingkanlah tingkat ketegasan kepemerintahan mereka). Track record SBY mungkin masih bisa jelas terlihat oleh mata, 2 kali menaikkan harga BBM lalu menurunkannya sebanyak 3 kali. Tapi toh harga2 kebutuhan pokok tetap merangkak naik.

Jusuf Kalla. Tidak ada satu sisi pun dari beliau yang saya suka. Seorang pengusaha yang memang otaknya cuma berisi tentang cara berdagang. Jadi cara menjalankan pemerintah sebagai pembantu presiden hingga saat ini ia laksanakan seperti memimpin sebuah perusahaan. SBY presdir, JK manajer-nya. Track record yang beliau punya : saya nggak tahu banyak apa saja yang sudah dia perbuat. Yang jelas menyatakan siap menjadi calon presiden dari Partai Golkar di Istana Wakil Presiden merupakan tindakan yang salah tempat.

Sri Sultan Hamengku Buwono X mungkin bukan seorang negarawan. Jadi apa yang beliau buktikan pada perkembangan Yogyakarta bukanlah merupakan cerminan yang cocok. Tapi menurut saya, ketika seorang raja ikut bergabung di percaturan politik negara, kok rasanya seperti menjual negeri (baca : kerajaan) sendiri. Sebagai mantan mahasiswa di Jogja, saya hanya mendukung beliau untuk terus memimpin Jogja, bukan Indonesia. Terlepas dari apakah ia sanggup atau tidak.

Rizal Malarangeng pernah mencalonkan diri sebagai calon presiden independen. Mungkin saya yang buta politik atau bagaimana, saya sendiri belum banyak mendengar tentang beliau kecuali nama saudaranya yang begitu membosankan ketika banyak berbicara. Apalagi, peraturan pemilu kali ini sepertinya memberatkan calon presiden independen. Sanggupkah dia mencari massa?

Sebagai tokoh yang sangat berpengaruh di NU, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pernah mencicipi posisi sebagai Presiden. Track recordnya ? ah, kalo saya bilang yang jelek2 nanti orang2 NU bisa marah dong. Tapi yang jelas, mungkin sedikit mengingatkan tentang ucapan2 Gus Dur yang sering menjadi kontroversi, dilematis dan sembrono. Wah, sebagai pemimpin suatu kaum bolehlah sedikit memancing emosi dan tawa, tapi sebagai pemimpin negara ...

Saya belum mendengar kabar tentang Amien Rais. Apakah beliau juga siap untuk menjadi calon presiden kembali. Saya sebagai alumni sekolah Muhammadiyah, pernah mengikuti beberapa seminar beliau, menilai bahwa ia bukanlah seorang negarawan melainkan cendikiawan. Seperti halnya BJ Habibie, yang merupakan ilmuwan bukan negarawan. Jadi, pendapat2 yang beliau ucapkan adalah suatu wacana yang memang perlu dikaji dan dipahami. yang jadi masalah adalah seorang Presiden bukan dimintai pendapat tetapi keputusan yang bijak dan efisien.

Mungkin itu beberapa kandidat presiden RI yang saya tahu, dan beberapa opini atau penilaian saya terhadap mereka. Bukan menjelek-jelekkan tapi sebagai bahan pembicaraan (semoga bukan merupakan dosa karena membicarakan orang), atau sebagai bahan pertimbangan untuk kita agar tidak memilih pemimpin yang kurang tepat (kalau gak mau dibilang salah).

Sukseskan Pemilu 2009 dengan adil, bijaksana, damai dan tentu saja aman !!!

Friday, February 20, 2009

Rame-rame jadi caleg yuk !!!

Kampanye pemilu 2009 memang sudah dibuka sejak setahun yang lalu, dan para partai pun sudah mengambil ancang2 untuk merebut hati para simpatisan dan warga biasa. Tak lupa para spekulan dan oportunis mencoba mencalonkan diri sebagai wakil rakyat dalam legislatif daerah hingga pusat. Wah, pemilu 2009 ini bisa tercatat dalam rekor MURI dengan jumlah calon legislatif terbanyak dan kertas suara terlebar.

Mempelajari dari perjalanan pemilu tahun 2004 dan kerusuhan yang terjadi selama pemilihan kepala daerah, sepertinya KPU mengambil langkah2 khusus untuk mengantisipasi segala dampak buruk yang mungkin terjadi dari lapisan bawah maupun lapisan atas.
Ambil contoh saja, kasus terpecahnya PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) antara kubu Muhaimin dengan kubu Gus Dur. Atau bercerainya warga PDI Perjuangan yang kemudian membentuk Partai Demokrasi Pembaharuan (salah gak ya, atau Pembaruan).Rata Penuh
Fenomena seperti ini sebenarnya bisa ditebak jika menilik pada potensi masa depan orang2 yang nantinya menjadi wakil rakyat yang duduk di kursi DPR, DPRD I maupun DPRD II. Manusia selalu mencari kuasa, harta dan jaminan hidup (tidak perlu munafik, saya pun pengennya juga begitu).
Siapa sih wakil rakyat yang miskin? melihat gaji per bulannya saja sudah diatas 10 juta, belum lagi tunjangan2 "ajaib" mereka. Apa sempat mereka memikirkan janji yang pernah mereka ucapkan saat masih kampanye, sedangkan saat duduk di kursi empuk nan mahal mereka sibuk mencari cara mengumpulkan uang pensiun atau tambahan modal untuk pencalonan yang akan datang.

Setiap individu dalam partai berlomba untuk menampilkan diri mereka sendiri supaya terlihat dan berkesan pada pendukungnya maupun kalayak luas. Lihatlah ketika SBY memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Menkominfo karena perbedaan pendapat tentang suatu kebijakan dalam kepemerintahan Megawati Soekarnoputri, lalu membentuk Partai Demokrat yang kemudian menarik perhatian masyarakat banyak. Bahkan Bali yg dulu terkenal sebagai basis PDI Perjuangan pun berubah menjadi kekuatan besar Partai Demokrat.
Seolah belajar dari tindakan "heroik" SBY, para junior2 mencoba mencontoh beliau. Dengan janji muluk dan cara merajuk yang maut, mereka mencoba mendapatkan hati para warga supaya memberikan suara untuk menjadikannya sebagai wakil rakyat bagi mereka. Buat anda yang membaca artikel ini, saya harap jangan sampai berpikir picik untuk memberikan suara saat pemilu nanti.

Lihatlah "sampah2" berserakan yang menghiasi pinggir jalan, tembok2 kosong, baliho2 besar, atau mungkin anda pernah mendapat selebaran berisi persuasi memilih seseorang dalam pemilu esok ? Di sekitar rumah saya yang lumayan kampungan, dibawah kaki Gunung Merapi, dalam rentang jarak 1 kilometer saja saya menemukan lebih dari 500 benda berhubungan dengan caleg dan partai peserta pemilu, dengan lebih dari 60 orang dengan nama berbeda, partai berbeda, dan tingkat daerah yang berbeda pula. Bagaimana dengan yang di kota sana, atau di Jakarta yang notabene menjadi pusat pemerintahan Indonesia ?

Selain didukung dari segi apapun oleh partai yang dianut, sang caleg juga berani merogoh kocek sendiri atau berhutang pada pihak ketiga, sebagai akomodasi untuk menarik perhatian massa. Meskipun kini peraturan tentang money politik semakin ketat, toh mereka masih juga berani berbuat yang tidak2 untuk mencari massa.
Intinya selama massa masih mencari caleg atau partai mana yang memberi mereka insentif pribadi ke kantong masing2 sebagai sistem jual beli suara kepada sang caleg.

Jadi meskipun sudah terlambat, apakah anda tertarik untuk mencalonkan diri sebagai wakil rakyat ? Politik itu nggak kotor, nggak jahat, yang kotor dan jahat adalah oknum2 yang ada didalamnya. Maaf saja buat nama2 yang saya singgung dalam artikel ini, bukan maksud mencari masalah, cuma ingin memberi pandangan lain buat kalayak luas.

Maju Indonesia !! Sukseskan Pemilu 2009 dengan adil, bijaksana dan damai !!!

Sunday, February 15, 2009

Ponari : Hasil eksploitasi anak ?

Blow up-nya pemberitaan tentang Ponari, si dukun cilik dari Kabupaten Jombang, Jawa Timur adalah bukti dari betapa masyarakat Indonesia memang begitu peka dengan berita yang berbau mistik dan gaib, apalagi yang murah bahkan gratis.
Bagaimana masyarakat menterjemahkan keajaiban alam sebagai sesuatu yang mikro, dan menjadikannya suatu hal yang mistik dan sakral adalah budaya yang mengakar sejak sebelum Waki Sanga menyebarkan ajaran Islam.

Seandainya saja mereka bisa mengartikan keajaiban tentang Ponari yang mendapat batu ajaib setelah disambar petir itu sebagai sebuah keagungan Tuhan yang tentunya adalah hal yang mudah bagi-Nya. Dengan begitu keimanan kita akan lebih kuat kepada-Nya. Bukan justru menyembah hasil dari keagungan Tuhan !!

Terlepas dari bergesernya pengertian masyarakat terhadap makna keagungan Tuhan yang dianugerahkan kepada Ponari. Maraknya warga yang berduyun-duyun datang ke rumah Ponari dengan tujuan mencari alternatif pengobatan ini menunjukkan bahwa masyarakat pada dasarnya sangat membutuhkan pengobatan yang murah dan mudah. Dan itu masih belum bisa didapatkan di Indonesia. Jangankan pada hari2 biasa, di masa kamanye Pemilu 2009 saat banyak partai dan caleg mencoba "menjilat" warga, kesehatan merupakan suatu hal yang mahal bagi masyarakat Indonesia yang ada umumnya berisi oleh kaum menengah ke bawah.
Dan ironisnya pemerintah seakan tidak pernah peduli dan tidak belajar dari setiap kejadian di negara ini.
Omong kosong yang diutarakan dalam iklan partai di televisi yang menyatakan kepuasan masyarakat pada kepemerintahan sekarang ini adalah karangan belaka. Lihatlah harga yang terus merangkak naik meski BBM sudah diturunkan 3 kali, pengangguran tetap bejibun, angka kemiskinan masih dalam grafik pertambahan ...

Mengapa sulit sekali mendapatkan fasilitas kesehatan memadai yang murah ya ? Kemana larinya subsidi kesehatan yang dijanjikan dulu ?

Dan kebetulan eksploitasi keluarga si bocah bernama Ponari ini bisa menyamai strategi marketing milik perusahaan besar yang telah maju dan kebetulan sekarang sedang diusingkan oleh krisis ekonomi global.
Apa sih hebatnya Ponari itu? apa kesaktian dari batu petir itu? kenapa pemikiran irasional masih begitu lekat di masyarakat kita ?

Ditinjau dari segi kesehatan secara medis modern dan logika saja "keajaiban" batu milik Ponari itu bisa segera dimentahkan.
Jangankan minta sembuh dari penyakit lamanya, dengan dicelupkan batu "ajaib" itu yang entah tidak tahu habis diakai apa, kita tidak tahu berapa banyak kuman yang menempel pada batu atau tangan Ponari.
Dengan situasi menghadapi ribuan pasien seperti itu, ahli pengobatan manapun takkan sanggup mengatasi dengan sempurna. Bahkan dukun yang dibantu jin sekalipun, jin juga punya batas kekuatan. Apalagi Ponari yg sekedar anak2.
Tindakan yang semakin irasional dengan mencampur air dengan lumpur dari kamar mandi milik keluarga Ponari pun semakin menggila. Apa yang diharapkan dari sejumput tanah becek yang kotor dan menjijikkan. Hanya nabi dengan mukjizat Allah SWT yang bisa mengubahnya menjadi obat.

Bagaimana sika pemerintah dengan fenomena bodoh kali ini ?

Saturday, February 14, 2009

Valentine : Bunga - Cokelat - Boneka - Kondom?

Hari ini adalah tanggal 14 Februari pas, atau 20 menit telah meninggalkan 13 Februari. dan menurut tren yang ada di jaman sekarang, hari ini adalah hari Valentine, alias hari kasih sayang.

Seperti apa yang sudah saya bahas dalam posting saya sebelum ini, Valentine pada dasarnya adalah kontroversi antara gereja Khatolik versus kepercayaan ritual kuno dari bangsa romawi yang masih beraroma pagan.
Tapi lupakan panasnya kontroversi di masa lalu itu. Kini kita tinggal menikmatinya dengan konsep baru, yaitu mengekspresikan cinta pada orang lain yang kita cintai.
Dalam konteks ini, Valentine semakin dipersempit maknanya dengan merujuk bahwa cinta itu hanya milik para pasangan kekasih yang sedang dimabuk asmara.

Seperti strategi marketing ala Jepang dengan Giri-Choko, setiap toko berusaha mengeruk keuntungan dengan hegemoni yang muncul setiap bulan Februari ini. Pernak-pernik berwarna pink atau merah muda, berbentuk hati, cokelat, buket bunga, dll. Adalah sebuah bentuk dari betapa konsumtifnya masyarakat kita (tapi gak cuma di Indonesia lho). Inilah yang dianggap sebagai pemikiran yang menyesatkan dan salah satu hal yang menjadi pertentangan dalam pandangan Islam.

Bukan masalah jika hanya sekotak cokelat, satu buket bunga, sebuah boneka, atau makan malam yang super romantis. Itu masih sekedar memberi asumsi pemborosan dan kekanak-kanakan.
Yang jadi maslah adalah bahwa biasanya (saya tidak memastikan lho ...), di malam hari Valentine, omset penjualan alat kontrasepsi berupa kondom juga meningkat. Gak usah berpikir bahwa kondom yang dicari warna pink dan berbentuk hati. Apakah Hari Valentine juga berarti menghalalkan hubungan badan diluar nikah?
Sekali lagi ini menjadi tradisi dan pemikiran yang patut dibenahi.

Para pria yang berpikir untuk "memetik bunga" dari kekasihnya sebagai hadiah keromantisan malam Valentine, atau para perempuan yang terbuai keromantisan tersebut dan rela "mahkotanya" dipetik sebelum saatnya. Betapa dunia ini menjadi semakin gila dan tak terkendali.

Apa peranan pemerintah untuk hal yang seperti ini? Jangankan mengantisipasi tradisi momental seperti ini, kegiatan mesum disetiap hari aja masih kesulitan untuk mengatasinya.
Jadi, semua ini dikembalikan pada pribadi masing2 pencinta yang ingin merayakan Valentine bersama kekasihnya.
Rasanya jadi seperti perbincangan tanpa solusi ketika akhirnya dikembalikan pada pribadi masing2. Semua kesalahan dan kebodohan selalu harus dikembalikan pada pribadi masing2, Apa nggak ada solusi lebih cerdas? (Ada pendapat? ....)

Valentine, seperti setangkai bunga mawar. Indah dilihat, baunya enak, tapi memiliki duri yang tajam.

Wednesday, February 11, 2009

Happy Valentine day

Sudah beberapa hari aku nggak turun dari gunung, ngendon di rumah, didepan komputer ataungajar les. Nyari duit online dan reality. Rasanya seperti sudah berabad-abad aku nggak merasakan peradaban dunia modern.
Begitu turun gunung, langsung disuguhi dengan merebaknya nuansa pink alias merah jambu alias merah muda. Ada apa gerangan?

Masuk ke sebuah toko, terdapat konter khusus untuk cokelat dengan berbagai macam merek dan kemasan. dan yang dipajang paling depan adalah cokelat dengan kemasan berbentuk hati dan berlabel "SELAMAT HARI VALENTINE" atau "HAPPY VALENTINE", ato yang lebih sangar lagi "WILL YOU BE MY VALENTINE?". Gila, aku memang sudah tertinggal dari peradaban modern.
Bulan ini bulan Februari dan seperti biasa, orang2 mulai mencari cara untuk mengekspresikan apa yang perlu dirayakan dipertengahan bulan ini, 14 Februari : Hari Valentine. Katanya sih berarti hari kasih sayang. Apa benar? kok aku nggak pernah merasakannya? Apa karena 8 tahun ini aku jomblo? (sepicik itukah arti kasih sayang?).

Valentine menurut apa yang diutarakan dalam sejarah yang tercantum dalam Wikipedia, adalah sebuah hari dimana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya (tapi itu adalah budaya dari dunia barat).
Berawal dari sebuah hari raya Khatolik Roma didiskusikan di artikel Santo Valentinus. Tapi hari raya ini belum diasosiasikan sebagai pencitraan cinta yang romantis sebelum akhir abad pertengahan ketika konsep-konsep macam ini diciptakan.

Hari Valentine ini sekarang diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk "valentines". Simbol modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (sosok malaikat kecil bersayap penebar cinta). Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali hegemoni produksi kartu ucapan secara masal.

Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah relasi serius. Sebenarnya valentine itu merupakan hari berbagi cinta, bukan hanya kepada pacar ataupun kekasih, Valentine merupakan hari terbesar dalam soal cinta dan bukan berarti selain valentine tidak merasakan cinta.

Hari raya ini lalu diasosiasikan dengan ucapan umum cinta platonik (itu2 aja) "Happy Valentine's", "Happy Val's day", "Be my Valentine", dll. Ungkapan seperti ini yang biasa diucapkan oleh pria kepada teman wanita mereka, namun jarang kepada teman pria lainnya. Kecuali kedua-duanya adalah kaum homoseksual.

Sejarah Hari Valentine
Pembentukan makna pertengahan bulan Februari dengan cinta dan kesuburan sudah ada sejak dahulu. Menurut sejarah kalender Yunani kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.

Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.

Hari Raya Gereja
Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak, bisa merujuk tiga saint atau santo (orang suci) yang berbeda:
* seorang pastur di Roma
* seorang uskup Interamna (modern Terni)
* seorang santo di provinsi Romawi Africa.

Hubungan antara ketiga santo ini dengan hari raya cinta romantis memang tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai para orang suci ini. Namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Ini berhubungan dengan pembunuhan karakter paganisme yang menjadi musuh besar Gereja Katholik pada jaman itu.

Hari raya ini sempat dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.

Valentinius
Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sang sastrawan Inggris Pertengahan ternama Geoffrey Chaucer pada abad ke-14. Ia menulis di cerita Parlement of Foules (“Percakapan Burung-Burung”) bahwa

For this was sent on Seynt Valentyne's day (“Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus”)
Whan every foul cometh ther to choose his mate (“Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya”)

Pada jaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari ini dan memanggil pasangan mereka "Valentine" mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari koleksi pernaskahan British Library di London. Kemungkinan besar banyak legenda-legenda mengenai Santo Valentinus diciptakan pada jaman ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa:

* Sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai orang suci, ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu".
* Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, Santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka.
Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan keguguran sebagai santo.

Tradisi Hari Valentine di negara-negara non-Barat
Di Jepang, Hari Valentine sudah muncul berkat usaha marketing besar-besaran, sebagai hari di mana para wanita memberi para pria yang mereka sukai (bahasa gaulnya : gebetan) dengan permen cokelat. Namun hal ini tidaklah dilakukan secara sukarela melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi cokelat kepada para teman kerja pria mereka, kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko, dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Lalu berkat usaha marketing lebih lanjut, sebuah hari balasan, disebut “Hari Putih”(White Day) muncul. Pada hari ini (14 Maret), pria yang sudah mendapat cokelat pada hari Valentine diharapkan memberi sesuatu kembali sebagai jawaban.

Di Indonesia, budaya bertukaran surat ucapan antar kekasih juga mulai muncul. Budaya ini cenderung menjadi budaya populer dan konsumtif karena perayaan valentine lebih banyak ditujukan sebagai ajakan pembelian barang-barang yang terkait dengan valentine seperti kotak cokelat, perhiasan dan boneka. Pertokoan dan media (stasiun TV, radio, dan majalah remaja) terutama di kota-kota besar di Indonesia gencar mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan valentine.

Terlepas dari pro dan kontra sejarah tentang hari Valentine, ataupun boleh tidaknya umat Islam merayakannya, cinta tetap merupakan bagian dari hidup manusia sejak sebelum dilahirkan. Karena tanpa cinta, kita mungkin tidak terlahir di dunia.
Dan cinta diciptakan bukan untuk dinikmati sendiri sebagai obsesi (bisa2 malah jadi psycho). Berbagi cinta adalah wujud sosial kita terhadap sesama manusia secara umum, dan berbagi cinta kepada keluarga, sahabat, maupun kekasih secara khusus. Asal jangan suka membagi cinta.

Jadi, bagaimana cara kamu mengekspresikan cinta kamu untuk si dia atau keluarga kamu? Memberi sekotak cokelat, memberi kartu ucapan atau mengirim SMS?
Jangan sampai cinta kamu membeku dan berkarat (seperti aku, hiks ...hiks ...)

Thursday, February 05, 2009

Demokrasi yang mematikan

Kejadian yang belum lama terjadi di Medan, Sumatera Utara, menunjukkan bahwa masyarakat umum memang perlu mendapat tutorial politik yang intensif dan benar. Bukan pendidikan politik yang bergerak karena propaganda suatu partai politik atau individu yang mencalonkan diri menjadi legislatif daerah/pusat.
Betapa masalah pemekaran wilayah yang dituntut para mahasiswa Tapanuli untuk menjadikan Tapanuli sebagai provinsi sendiri yang terpisah dari rumah tangga Sumatera Utara, adalah aspirasi rakyat yang dilaksanakan dengan tergesa-gesa dan arogan.
Ini adalah salah satu bentuk pembentukan arti reformasi yang salah dimata masyarakat. mereka berpikir reformasi adalah kesempatan mengemukakan pendapat sebebas-bebasnya dan menuntut hak kebebasan tersebut dengan semaunya.
Jika bicara mengenai kebudayaan, Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda, dan persatuan adalah perisai. Jika warga Tapanuli merasa berbeda dengan warga Sumatera Utara pada umumnya, Lihatlah DKI Jakarta yang memiliki banyak perbedaan. Apa jadinya jika rakyat Betawi menginginkan provinsi sendiri ?
Jika membahas sentralisasi kekayaan alam dan anggaran pembangunan, itu bukan alasan yang kuat. Lihatlah Kabupaten Kulon Progo yang berada jauh dari pusat kota Provinsi Yogyakarta, kemana larinya kekayaan bijih besi yang mereka punya ? Toh mereka masih setia kepada DIY, tidak membelot dan berpindah ke Jawa Tengah atau menuntut otonomi sendiri.
Kematian H Abdul Azis Angkat adalah pemicu keputusan pasti dari pemerintah untuk menindaklanjuti permintaan rakyat. Keputusan yang tergesa-gesa dan terpaksa tentu saja akan menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal.
Dan yang pasti, tragedi selasa 3 Februari 2009 yang lalu harus diusut tuntas, provokator terjadinya kerusuhan dalam penyuaraan aspirasi rakyat.
Aspirasinya nggak salah kalo punya argumen dan dasar tujuan yang kuat dan tepat, tapi kalo cara penyampaiannya nggak tepat, ... wah itu namanya nglunjak. Proposal bisa ditolak mentah-mentah.

Wednesday, February 04, 2009

Kontroversi "Perempuan berkalung surban"

Seperti yang sudah pernah saya tulis (diketik kali ye ...) tentang film karya Hanung Bramantyo yang berjudul "Perempuan berkalung Surban" yang sedang tayang di bioskop2 di tanah air, yang belakangan ini mendapat kecaman dari beberapa pihak sebagai karya sinema yang menyesatkan.

Adalah sebuah pandangan yang picik dan sempit ketika seseorang menilai sebuah film hanya dari satu sisi saja. Bukannya saya menomorduakan ajaran Islam, toh itu juga ajaran yang harus saya laksanakan dan saya bela. Tapi jika melihat dari apa yang terkandung dalam film "Perempuan berkalung Surban", disana bukan terdapat pelecehan dan penyimpangan dari ajaran agama.

Dalam film tersebut adalah sebuah konflik internal keluarga antara seorang anak perempuan bernama Anisa yang berpikiran moderat dengan sang ayah yang masih konservatif. Dan kebetulan profesi atau karakter yang menempel pada sang ayah adalah seorang ustadz, pemimpin suatu pondok pesantren (kerennya, boarding school)

Jadi apa yang diperdebatkan oleh orang2 yang kontra dengan film ini adalah kebutaan dari suatu apresiasi cerita. Mereka hanya punya mata yang hanya bisa melihat lurus menerawang ke depan, tidak bisa melirik dan mengamati dengan fokus.

Ketika seorang ilmuwan perempuan menyatakan film ini melecehkan Islam karena dalam film ini perempuan diletakkan pada posisi yang kalah dan terbatas, mereka tidak melihat siapa yang membatasi pergerakan lakon utamanya. Adalah sang ayah yang terlalu takut putri nya berkembang dan hidup mandiri.

Ketika seorang imam besar masjid Istiqlal Jakarta menyatakan film ini sesat dan tidak akan mau menonton film ini, menunjukkan dia adalah penuduh yang tidak punya bukti kongkrit. Beliau hanya meneriakkan suatu isu yang sekedar ia dengar selentingannya. Menonton saja belum, membaca novelnya saja belum tentu juga, kok bisa men-judge film ini sesat. Kalau begitu saya bisa mengatakan beliau bodoh dan tolol meskipun saya belum pernah ketemu dengan orangnya, belum pernah beradu prestasi dengan beliau.

Terlepas dari kontroversi yang tiba2 muncul, seperti ketika Ayat2 cinta dihebohkan dengan pemberitaan pro dan kontra mengenai poligami yang kebetulan diangkat dalam film tersebut, blow up isu seperti ini justru menjadikan orang2 menjadi penasaran dan ingin menonton film tersebut, sekedar ingin tahu apakah benar apa yang digunjingkan.

Meskipun mungkin kontroversi ini sekedar strategi pasar saja, saya tetap menyatakan bahwa film ini sangat layak ditonton dan akan memberi hikmah dan motivasi khususnya untuk kaum hawa untuk tidak membatasi dirinya sendiri dalam kekalahan dan kepasrahan yang dibentuk orang lain maupun sengaja dibentuk oleh dirinya sendiri.

Bravo film Indonesia !!!

Tuesday, February 03, 2009

Perlunya pendidikan politik di Indonesia

Saya bukan pakar atau pengamat politik yang kompeten di dunia politik Indonesia. Saya juga bukan politikus seperti tikus2 yang bergerak dibidang politik. Saya cuma rakyat biasa yang memandang sinis pada ironi perkembangan demokrasi di Indonesia.
Jujur saja, apa yang diharapkan pemerintah dengan adanya pesta pemilihan umum wakil rakyat tidak sepenuhnya tepat sasaran, atau bahkan bisa dikatakan melenceng dari tujuan demokrasi.
Ketika kaum elit politik berdebat dan berjuang untuk aspirasi sesuai kesepakatan golongan mereka, kaum bawah tidak berpikir sepanjang mereka.
Apa yang terjadi saat masa2 menjelang pemilu adalah munculnya para spekulan dan orang2 oportunis yang ingin memanfaatkan hegemoni yang berkembang di tengah masyarakat.
Jangankan peduli dengan masa depan negara, siapa wakil mereka di pemerintahan saja mereka tidak cukup acuh. Yang ada hanyalah, partai mana - golongan mana - siapa yang memberikan keuntungan dalam segi finansial.
Lihatlah aksi fanatisme buta pada suatu partai, bukan karena wakil2 yang ditawarkan partai tersebut berkualitas dan berkompeten, tapi karena diujung kepengurusan partai tersebut terdapat tokoh yang sudah mendarah daging bagi partai tersebut (tahu maksud saya?). Ini seperti era Gabriel Batistuta masih bermain sepakbola, dimana dia membela suatu klub, disitulah fans akan mendukung.
Dan yang jelas2 terjadi adalah munculnya kesempatan untuk mengeruk keuntungan dari momentum seperti ini.
Saat sebuah partai ramai2 "menghasut" rakyat dengan janji2 dan tindakan nyata, rakyat yang diberi hati masih menuntut jantung. nggak cukup jalan diperbaiki, tapi minta sembako gratis.
Ketika para caleg berlomba-lomba "menjilat" rakyat dengan mimpi2 dan tindakan nyata, rakyat yang dibela menginginkan lebih. Tidak cukup dengan sembako gratis, mereka minta uang ala kadarnya.
Jadi, berapakah harga kemajuan negara ini? Ketika kaum elit politik hanya mencari kekayaan tambahan di panggung politik di Senayan, atau di kantor DPRD. Ketika para kaum bawah hanya mencari keuntungan pribadi dari para wakil rakyat yang mungkin begitu bodohnya sehingga mau saja dibodohi masyarakat.
Pemilu bukan lagi berarti Pemilihan Umum untuk menentukan wakil rakyat untuk membangun negara, melainkan Pemungutan Infak Legislatif Umum untuk rakyat yang masih hanya berpikir tentang perut dan perut.
Apakah frase "makan untuk hidup" masih begitu kental bagi rakyat bawah? sedangkan kaum atas justru dengan pongah menyandang frase "hidup untuk makan" (apa atau siapa yang dimakan, kita gak tahu).
Majulah Indonesia ku tercinta, belajar dari kesalahan sendiri lebih bijaksana daripada belagak belajar dari negara lain.