Review/preview - Issue - News - Comments - Mind words

Sunday, March 29, 2009

Tragedi disela gegap gempita kampanye

Setelah sekian lama gak posting, karna sibuk dengan konstruksi blog lain dan juga badan nge-drop gara2 malaria kumat (ada yang tau gimana biar sembuh gak?).
Melihat apa yang terjadi belakangan ini, ketika genderang kampanye terbuka sudah dimulai dan sesuatu hal terjadi pada saudara kita di wilayah Jakarta-Tangerang. Sepertinya adalah sebuah jalan terang bagi para calon wakil rakyat untuk merebut hati dan suara para konstituen-nya (simpatisan).

Kita sudah banyak melihat dan mendengar para pembesar partai berkeliaran di berbagai daerah untuk menebarkan janji dan omong kosong plus sumpah serapah yang nggak jelas masa depannya gimana. Kita sudah melihat peta perjalanan orang2 yang pernah berada di gedung terhormat di Senayan, Jakarta. Kita pun sudah memperoleh hasil dari mereka.
Apa yang sudah mereka buat untuk negara kita ?

John F Kennedy pernah bilang : "Jangan tanyakan apa yang negara berikan untukmu, tapi tanyakan apa yang kau berikan untuk negara ?"
Secara nalar saja bisa kita adaptasikan di negara ini. Boro2 mau ngasih negara sesuatu, buat makan tiap hari aja mesti banting tulang setengah mati !! Itu pun masih dipersulit dengan berbagai kebijaksanaan pemerintah. Mulai dari keputusan tiga menteri tentang hak buruh, hingga pembongkaran paksa lapak2 kaki lima.
Otak mereka ada dimana? Dulu waktu ngemis2 suara rakyat sering mengumbar janji tentang kesejahteraan rakyat dan meningkatkan harkat hidup rakyat kecil, Nyatanya ??!!

Lihat apa yang sudah pemerintah lakukan untuk korban lumpur Lapindo? mereka pusing sendiri karena yang punya adalah Menteri kesejahteraan sosial. Kalo pemerintah memang tegas, beri sanksi pada PT. Lapindo dan atau pemiliknya (nggak peduli siapa pun dia), jual semua aset mereka untuk mengganti hak rakyat Sidoarjo yang sudah "dirampas secara paksa".
Adakah calon wakil rakyat yang berani menjanjikan jaminan masa depan korban lumpur Lapindo? Nol besar. Mereka tahu dan sangat sadar bahwa jika mereka berani menjanjikan itu, mereka akan melawan raksasa bisnis yang juga bercokol di pemerintahan.

Berhadapan dengan tragedi yang baru saja terjadi, tanggul Situ Gintung di tangerang. Oh, Betapa congkaknya sang pemimpin Jakarta yang berkata "Itu kan wilayah Tangerang, biar diurus sama yang berwenang dong...". Apakah "ahlinya" Betawi ini lupa bahwa daerah Ciputat yang notabene menjadi wilayah kejadian dengan korban melimpah itu adalah termasuk wilayah DKI Jakarta?
Untung saja Presiden segera menenangkan massa dengan memberi pernyataan yang lebih cerdas dan menjanjikan. entah itu sebagai propaganda kampanye pemilu atau murni sebagai pekerjaan beliau menjadi presiden.

Sebenarnya salah jika kita mencari simpati dengan menjual kesengsaraan orang lain atau diri sendiri. Macam acara televisi pencari bakat menyanyi untuk anak2 yang justru menjual kisah sedih kontestannya daripada menjual kualitas suaranya.
Sebagai rakyat biasa, kita tidak mau menjadi contoh buruk dan sorotan karena ketidakmampuan kita. betul nggak?
Kita ingin diperhatikan dengan layak, bukan sebagai kelinci percobaan dan atau batu loncatan para calon wakil rakyat. Apa anda ikhlas menjadi batu pijakan mereka? sementara kita tidak memiliki jaminan bahwa mereka akan mengangkat kita dari kubangan dan membersihkan kita dari jejak kaki mereka.

Ah, yang jelas selagi kita menikmati euforia kampanye terbuka dan perang terbuka para caleg, kita diberi kewajiban untuk tetap mawas diri dan bersikap logis.
Jangan gegabah memilih, fanatik buta adalah suatu kesalahan fatal yang menjadikan negara ini semakin terpuruk.

Maju Indonesia, wujudkan Kampanye damai dan bijaksana !!!

No comments: