Review/preview - Issue - News - Comments - Mind words

Wednesday, February 11, 2009

Happy Valentine day

Sudah beberapa hari aku nggak turun dari gunung, ngendon di rumah, didepan komputer ataungajar les. Nyari duit online dan reality. Rasanya seperti sudah berabad-abad aku nggak merasakan peradaban dunia modern.
Begitu turun gunung, langsung disuguhi dengan merebaknya nuansa pink alias merah jambu alias merah muda. Ada apa gerangan?

Masuk ke sebuah toko, terdapat konter khusus untuk cokelat dengan berbagai macam merek dan kemasan. dan yang dipajang paling depan adalah cokelat dengan kemasan berbentuk hati dan berlabel "SELAMAT HARI VALENTINE" atau "HAPPY VALENTINE", ato yang lebih sangar lagi "WILL YOU BE MY VALENTINE?". Gila, aku memang sudah tertinggal dari peradaban modern.
Bulan ini bulan Februari dan seperti biasa, orang2 mulai mencari cara untuk mengekspresikan apa yang perlu dirayakan dipertengahan bulan ini, 14 Februari : Hari Valentine. Katanya sih berarti hari kasih sayang. Apa benar? kok aku nggak pernah merasakannya? Apa karena 8 tahun ini aku jomblo? (sepicik itukah arti kasih sayang?).

Valentine menurut apa yang diutarakan dalam sejarah yang tercantum dalam Wikipedia, adalah sebuah hari dimana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya (tapi itu adalah budaya dari dunia barat).
Berawal dari sebuah hari raya Khatolik Roma didiskusikan di artikel Santo Valentinus. Tapi hari raya ini belum diasosiasikan sebagai pencitraan cinta yang romantis sebelum akhir abad pertengahan ketika konsep-konsep macam ini diciptakan.

Hari Valentine ini sekarang diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk "valentines". Simbol modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (sosok malaikat kecil bersayap penebar cinta). Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali hegemoni produksi kartu ucapan secara masal.

Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah relasi serius. Sebenarnya valentine itu merupakan hari berbagi cinta, bukan hanya kepada pacar ataupun kekasih, Valentine merupakan hari terbesar dalam soal cinta dan bukan berarti selain valentine tidak merasakan cinta.

Hari raya ini lalu diasosiasikan dengan ucapan umum cinta platonik (itu2 aja) "Happy Valentine's", "Happy Val's day", "Be my Valentine", dll. Ungkapan seperti ini yang biasa diucapkan oleh pria kepada teman wanita mereka, namun jarang kepada teman pria lainnya. Kecuali kedua-duanya adalah kaum homoseksual.

Sejarah Hari Valentine
Pembentukan makna pertengahan bulan Februari dengan cinta dan kesuburan sudah ada sejak dahulu. Menurut sejarah kalender Yunani kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.

Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.

Hari Raya Gereja
Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak, bisa merujuk tiga saint atau santo (orang suci) yang berbeda:
* seorang pastur di Roma
* seorang uskup Interamna (modern Terni)
* seorang santo di provinsi Romawi Africa.

Hubungan antara ketiga santo ini dengan hari raya cinta romantis memang tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai para orang suci ini. Namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Ini berhubungan dengan pembunuhan karakter paganisme yang menjadi musuh besar Gereja Katholik pada jaman itu.

Hari raya ini sempat dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.

Valentinius
Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sang sastrawan Inggris Pertengahan ternama Geoffrey Chaucer pada abad ke-14. Ia menulis di cerita Parlement of Foules (“Percakapan Burung-Burung”) bahwa

For this was sent on Seynt Valentyne's day (“Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus”)
Whan every foul cometh ther to choose his mate (“Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya”)

Pada jaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari ini dan memanggil pasangan mereka "Valentine" mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari koleksi pernaskahan British Library di London. Kemungkinan besar banyak legenda-legenda mengenai Santo Valentinus diciptakan pada jaman ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa:

* Sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai orang suci, ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu".
* Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, Santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka.
Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan keguguran sebagai santo.

Tradisi Hari Valentine di negara-negara non-Barat
Di Jepang, Hari Valentine sudah muncul berkat usaha marketing besar-besaran, sebagai hari di mana para wanita memberi para pria yang mereka sukai (bahasa gaulnya : gebetan) dengan permen cokelat. Namun hal ini tidaklah dilakukan secara sukarela melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi cokelat kepada para teman kerja pria mereka, kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko, dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Lalu berkat usaha marketing lebih lanjut, sebuah hari balasan, disebut “Hari Putih”(White Day) muncul. Pada hari ini (14 Maret), pria yang sudah mendapat cokelat pada hari Valentine diharapkan memberi sesuatu kembali sebagai jawaban.

Di Indonesia, budaya bertukaran surat ucapan antar kekasih juga mulai muncul. Budaya ini cenderung menjadi budaya populer dan konsumtif karena perayaan valentine lebih banyak ditujukan sebagai ajakan pembelian barang-barang yang terkait dengan valentine seperti kotak cokelat, perhiasan dan boneka. Pertokoan dan media (stasiun TV, radio, dan majalah remaja) terutama di kota-kota besar di Indonesia gencar mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan valentine.

Terlepas dari pro dan kontra sejarah tentang hari Valentine, ataupun boleh tidaknya umat Islam merayakannya, cinta tetap merupakan bagian dari hidup manusia sejak sebelum dilahirkan. Karena tanpa cinta, kita mungkin tidak terlahir di dunia.
Dan cinta diciptakan bukan untuk dinikmati sendiri sebagai obsesi (bisa2 malah jadi psycho). Berbagi cinta adalah wujud sosial kita terhadap sesama manusia secara umum, dan berbagi cinta kepada keluarga, sahabat, maupun kekasih secara khusus. Asal jangan suka membagi cinta.

Jadi, bagaimana cara kamu mengekspresikan cinta kamu untuk si dia atau keluarga kamu? Memberi sekotak cokelat, memberi kartu ucapan atau mengirim SMS?
Jangan sampai cinta kamu membeku dan berkarat (seperti aku, hiks ...hiks ...)

No comments: