Review/preview - Issue - News - Comments - Mind words

Saturday, February 14, 2009

Valentine : Bunga - Cokelat - Boneka - Kondom?

Hari ini adalah tanggal 14 Februari pas, atau 20 menit telah meninggalkan 13 Februari. dan menurut tren yang ada di jaman sekarang, hari ini adalah hari Valentine, alias hari kasih sayang.

Seperti apa yang sudah saya bahas dalam posting saya sebelum ini, Valentine pada dasarnya adalah kontroversi antara gereja Khatolik versus kepercayaan ritual kuno dari bangsa romawi yang masih beraroma pagan.
Tapi lupakan panasnya kontroversi di masa lalu itu. Kini kita tinggal menikmatinya dengan konsep baru, yaitu mengekspresikan cinta pada orang lain yang kita cintai.
Dalam konteks ini, Valentine semakin dipersempit maknanya dengan merujuk bahwa cinta itu hanya milik para pasangan kekasih yang sedang dimabuk asmara.

Seperti strategi marketing ala Jepang dengan Giri-Choko, setiap toko berusaha mengeruk keuntungan dengan hegemoni yang muncul setiap bulan Februari ini. Pernak-pernik berwarna pink atau merah muda, berbentuk hati, cokelat, buket bunga, dll. Adalah sebuah bentuk dari betapa konsumtifnya masyarakat kita (tapi gak cuma di Indonesia lho). Inilah yang dianggap sebagai pemikiran yang menyesatkan dan salah satu hal yang menjadi pertentangan dalam pandangan Islam.

Bukan masalah jika hanya sekotak cokelat, satu buket bunga, sebuah boneka, atau makan malam yang super romantis. Itu masih sekedar memberi asumsi pemborosan dan kekanak-kanakan.
Yang jadi maslah adalah bahwa biasanya (saya tidak memastikan lho ...), di malam hari Valentine, omset penjualan alat kontrasepsi berupa kondom juga meningkat. Gak usah berpikir bahwa kondom yang dicari warna pink dan berbentuk hati. Apakah Hari Valentine juga berarti menghalalkan hubungan badan diluar nikah?
Sekali lagi ini menjadi tradisi dan pemikiran yang patut dibenahi.

Para pria yang berpikir untuk "memetik bunga" dari kekasihnya sebagai hadiah keromantisan malam Valentine, atau para perempuan yang terbuai keromantisan tersebut dan rela "mahkotanya" dipetik sebelum saatnya. Betapa dunia ini menjadi semakin gila dan tak terkendali.

Apa peranan pemerintah untuk hal yang seperti ini? Jangankan mengantisipasi tradisi momental seperti ini, kegiatan mesum disetiap hari aja masih kesulitan untuk mengatasinya.
Jadi, semua ini dikembalikan pada pribadi masing2 pencinta yang ingin merayakan Valentine bersama kekasihnya.
Rasanya jadi seperti perbincangan tanpa solusi ketika akhirnya dikembalikan pada pribadi masing2. Semua kesalahan dan kebodohan selalu harus dikembalikan pada pribadi masing2, Apa nggak ada solusi lebih cerdas? (Ada pendapat? ....)

Valentine, seperti setangkai bunga mawar. Indah dilihat, baunya enak, tapi memiliki duri yang tajam.

No comments: