Review/preview - Issue - News - Comments - Mind words

Friday, February 20, 2009

Rame-rame jadi caleg yuk !!!

Kampanye pemilu 2009 memang sudah dibuka sejak setahun yang lalu, dan para partai pun sudah mengambil ancang2 untuk merebut hati para simpatisan dan warga biasa. Tak lupa para spekulan dan oportunis mencoba mencalonkan diri sebagai wakil rakyat dalam legislatif daerah hingga pusat. Wah, pemilu 2009 ini bisa tercatat dalam rekor MURI dengan jumlah calon legislatif terbanyak dan kertas suara terlebar.

Mempelajari dari perjalanan pemilu tahun 2004 dan kerusuhan yang terjadi selama pemilihan kepala daerah, sepertinya KPU mengambil langkah2 khusus untuk mengantisipasi segala dampak buruk yang mungkin terjadi dari lapisan bawah maupun lapisan atas.
Ambil contoh saja, kasus terpecahnya PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) antara kubu Muhaimin dengan kubu Gus Dur. Atau bercerainya warga PDI Perjuangan yang kemudian membentuk Partai Demokrasi Pembaharuan (salah gak ya, atau Pembaruan).Rata Penuh
Fenomena seperti ini sebenarnya bisa ditebak jika menilik pada potensi masa depan orang2 yang nantinya menjadi wakil rakyat yang duduk di kursi DPR, DPRD I maupun DPRD II. Manusia selalu mencari kuasa, harta dan jaminan hidup (tidak perlu munafik, saya pun pengennya juga begitu).
Siapa sih wakil rakyat yang miskin? melihat gaji per bulannya saja sudah diatas 10 juta, belum lagi tunjangan2 "ajaib" mereka. Apa sempat mereka memikirkan janji yang pernah mereka ucapkan saat masih kampanye, sedangkan saat duduk di kursi empuk nan mahal mereka sibuk mencari cara mengumpulkan uang pensiun atau tambahan modal untuk pencalonan yang akan datang.

Setiap individu dalam partai berlomba untuk menampilkan diri mereka sendiri supaya terlihat dan berkesan pada pendukungnya maupun kalayak luas. Lihatlah ketika SBY memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Menkominfo karena perbedaan pendapat tentang suatu kebijakan dalam kepemerintahan Megawati Soekarnoputri, lalu membentuk Partai Demokrat yang kemudian menarik perhatian masyarakat banyak. Bahkan Bali yg dulu terkenal sebagai basis PDI Perjuangan pun berubah menjadi kekuatan besar Partai Demokrat.
Seolah belajar dari tindakan "heroik" SBY, para junior2 mencoba mencontoh beliau. Dengan janji muluk dan cara merajuk yang maut, mereka mencoba mendapatkan hati para warga supaya memberikan suara untuk menjadikannya sebagai wakil rakyat bagi mereka. Buat anda yang membaca artikel ini, saya harap jangan sampai berpikir picik untuk memberikan suara saat pemilu nanti.

Lihatlah "sampah2" berserakan yang menghiasi pinggir jalan, tembok2 kosong, baliho2 besar, atau mungkin anda pernah mendapat selebaran berisi persuasi memilih seseorang dalam pemilu esok ? Di sekitar rumah saya yang lumayan kampungan, dibawah kaki Gunung Merapi, dalam rentang jarak 1 kilometer saja saya menemukan lebih dari 500 benda berhubungan dengan caleg dan partai peserta pemilu, dengan lebih dari 60 orang dengan nama berbeda, partai berbeda, dan tingkat daerah yang berbeda pula. Bagaimana dengan yang di kota sana, atau di Jakarta yang notabene menjadi pusat pemerintahan Indonesia ?

Selain didukung dari segi apapun oleh partai yang dianut, sang caleg juga berani merogoh kocek sendiri atau berhutang pada pihak ketiga, sebagai akomodasi untuk menarik perhatian massa. Meskipun kini peraturan tentang money politik semakin ketat, toh mereka masih juga berani berbuat yang tidak2 untuk mencari massa.
Intinya selama massa masih mencari caleg atau partai mana yang memberi mereka insentif pribadi ke kantong masing2 sebagai sistem jual beli suara kepada sang caleg.

Jadi meskipun sudah terlambat, apakah anda tertarik untuk mencalonkan diri sebagai wakil rakyat ? Politik itu nggak kotor, nggak jahat, yang kotor dan jahat adalah oknum2 yang ada didalamnya. Maaf saja buat nama2 yang saya singgung dalam artikel ini, bukan maksud mencari masalah, cuma ingin memberi pandangan lain buat kalayak luas.

Maju Indonesia !! Sukseskan Pemilu 2009 dengan adil, bijaksana dan damai !!!

No comments: