Review/preview - Issue - News - Comments - Mind words

Wednesday, February 04, 2009

Kontroversi "Perempuan berkalung surban"

Seperti yang sudah pernah saya tulis (diketik kali ye ...) tentang film karya Hanung Bramantyo yang berjudul "Perempuan berkalung Surban" yang sedang tayang di bioskop2 di tanah air, yang belakangan ini mendapat kecaman dari beberapa pihak sebagai karya sinema yang menyesatkan.

Adalah sebuah pandangan yang picik dan sempit ketika seseorang menilai sebuah film hanya dari satu sisi saja. Bukannya saya menomorduakan ajaran Islam, toh itu juga ajaran yang harus saya laksanakan dan saya bela. Tapi jika melihat dari apa yang terkandung dalam film "Perempuan berkalung Surban", disana bukan terdapat pelecehan dan penyimpangan dari ajaran agama.

Dalam film tersebut adalah sebuah konflik internal keluarga antara seorang anak perempuan bernama Anisa yang berpikiran moderat dengan sang ayah yang masih konservatif. Dan kebetulan profesi atau karakter yang menempel pada sang ayah adalah seorang ustadz, pemimpin suatu pondok pesantren (kerennya, boarding school)

Jadi apa yang diperdebatkan oleh orang2 yang kontra dengan film ini adalah kebutaan dari suatu apresiasi cerita. Mereka hanya punya mata yang hanya bisa melihat lurus menerawang ke depan, tidak bisa melirik dan mengamati dengan fokus.

Ketika seorang ilmuwan perempuan menyatakan film ini melecehkan Islam karena dalam film ini perempuan diletakkan pada posisi yang kalah dan terbatas, mereka tidak melihat siapa yang membatasi pergerakan lakon utamanya. Adalah sang ayah yang terlalu takut putri nya berkembang dan hidup mandiri.

Ketika seorang imam besar masjid Istiqlal Jakarta menyatakan film ini sesat dan tidak akan mau menonton film ini, menunjukkan dia adalah penuduh yang tidak punya bukti kongkrit. Beliau hanya meneriakkan suatu isu yang sekedar ia dengar selentingannya. Menonton saja belum, membaca novelnya saja belum tentu juga, kok bisa men-judge film ini sesat. Kalau begitu saya bisa mengatakan beliau bodoh dan tolol meskipun saya belum pernah ketemu dengan orangnya, belum pernah beradu prestasi dengan beliau.

Terlepas dari kontroversi yang tiba2 muncul, seperti ketika Ayat2 cinta dihebohkan dengan pemberitaan pro dan kontra mengenai poligami yang kebetulan diangkat dalam film tersebut, blow up isu seperti ini justru menjadikan orang2 menjadi penasaran dan ingin menonton film tersebut, sekedar ingin tahu apakah benar apa yang digunjingkan.

Meskipun mungkin kontroversi ini sekedar strategi pasar saja, saya tetap menyatakan bahwa film ini sangat layak ditonton dan akan memberi hikmah dan motivasi khususnya untuk kaum hawa untuk tidak membatasi dirinya sendiri dalam kekalahan dan kepasrahan yang dibentuk orang lain maupun sengaja dibentuk oleh dirinya sendiri.

Bravo film Indonesia !!!

4 comments:

Anonymous said...

maaf ya kenapa anda menyebut imam masjid bodoh dan tolol bukannya anda yang bodoh dan tolol buktinya banyak sutra dara yang lain aja menilai film tersebut tidak tepat untuk orang indonesia, menurut imam itu bagus dan pasti ada alasan dia bilang begitu karna dia lebih tau dalam bidang agama bandingkan anda bisanya cuman nonton film

Anonymous said...

Wah, kalo yg ngemeng sutradara lain itu namanya cari sensasi dan nyoba ngebunuh karakter si Hanung Bramantyo. Namanya juga saingan profesi.
Kalo yg ngemeng bukan orang yg tau tentang film, apalagi belum pernah nonton film, sama aja misalnya gue belum pernah liat Koran Kompas, tau2 bilang koran itu jelek dan menyesatkan karena berisi berita2 kapitalis dengan gambar2 aurat terbuka. Gue bener nggak?

Anonymous said...

Bro, pemikiran kamu cerdas. Dari awal ini menjadi kontroversi, aku juga berpikir hal yang sama. Mengapa mereka selalu men-judge film ini menyesatkan, menghina pesantren, bahkan menghina Islam, yang padahal isi novel atau filmnya tidak mereka mengerti. Hanya dilihat satu sisi!! bener kata kamu bro. Hasilnya adalah picik dan munafik.
Saya juga orang Islam. Novel dan film PBS ini adalah fenomena fiksi, yang sangat mungkin lahir dari sebuah realita. Jika memang ada sebuah subordinasi, marilah kita perbaiki bersama. Jangan serta merta kebakaran jenggot, dengan dalih membela Islam. Dengan berbagai protes yang ada, semakin menunjukkan kalau masih banyak orang yang picik dan munafik.
Astagufirullah hal Adziim.
donny_dodo@yahoo.com

menujugelap said...

Thank's buat komentar2 nya. Ada yang setuju ada yang nggak setuju.
Itu hal yang wajar disebuah wacana perdebatan, apalagi yang menyinggung kontroversi. Lebih2 ini menyangkut ajaran agama.
Tapi kok anonim ya? kan nggak etis, kalo rumah saya dikunjungi tapi saya tidak balik bersilaturahmi.
Berpendapat dengan berani dan terbuka.
BTW, makasih buat waktu dan komen kalian.