Review/preview - Issue - News - Comments - Mind words

Monday, January 05, 2009

Film apa di tahun 2009 ?

Melihat perkembangan dunia film di Indonesia, ada yang maju ada yang justru mundur, atau bahkan stagnan. Cerita cinta adalah paten untuk semua genre film yang diproduksi di Indonesia. Ada berapa film sih yang tidak mengutamakan kisah cinta dua manusia lain jenis ?
Dimulai dengan AADC yang begitu fenomenal mengangkat industri perfilman Indonesia yang sempat mati suri (hanya diisi dengan film2 vulgar berbau seks). Diikuti dengan film2 dengan tema sejenis. Jelangkung mendobrak dengan genre horor era baru di Indonesia, kemudian muncul banyak pengekor yang jadi bebek di belakangnya.
Tahun 2008 diisi dengan cukup banyak film berbobot dan berkualitas. Sebutlah : Ayat2 cinta, Laskar pelangi, Love, dll. Tapi banyak pula film2 gak jelas yang beredar di pasar. Sekedar mengisi jagad perfilman, mengeruk keuntungan dengan sikap untung-untungan, tanpa bobot cerita berarti.
Jadinya, banyak film Indonesia yang cuma sekedar mampir di bioskop selama beberapa hari dan sepi penonton. Mungkin karena kurang promosi, mungkin karena aktor dan aktris nya kurang tenar, mungkin judulnya kurang menarik, atau mungkin para penikmat film Indonesia mulai sadar pada apresiasi film dan hanya menonton film yang menurut mereka bagus, atau mungkin karena hanya korban tren meledaknya sebuah film.
Lalu film seperti apa yang patut kita tunggu di tahun 2009 ini ? gembar-gembor produksi film Ketika cinta bertasbih begitu heboh di tahun 2008, seolah mencoba mengekor hegemoni Ayat-ayat cinta. Dan perlu kita ingat bahwa menurut Hanung Bramantyo, sutradara film Ayat-ayat cinta, bahwa film tersebut bukan mengangkat novel karya Habiburrahman El Shiraizy dengan judul yang sama, melainkan sebuah film yang didasari novel tersebut. (Ah, suatu alasan mengapa cerita pada film tersebut memiliki pergeseran karakter dan nilai daripada novelnya). Bagaimana dengan film Ketika cinta bertasbih yang notabene juga berasal dari novel Kang Abik dengan judul yang sama, bahkan novelnya terbagi menjadi 2 jilid ? apakah akan muncul lagi retorika Potatoes and Tomatoes (tidak semua orang paham dengan retorika tersebut, coba anda pahami retorika "hamil dan hasil").
Andrea Hirata berhasil menyuguhkan pengalaman hidupnya dengan baik dalam novel, dan diangkat dengan baik dalam sebuah film berjudul sama, Laskar Pelangi. Saya menunggu novel Sang Pemimpi untuk diangkat menjadi film.
Film horor tentunya masih akan mewarnai jagad perfilman. Tapi tentu saja masih dengan pola yang sama. film horor Indonesia hanya menawarkan ketakutan dan kengerian adegan mereka, bukan mengajak penonton untuk menyelami ketegangan lakon dalam cerita. itu yang membedakan kualitasnya dengan film horor manca.
Dan film2 penggembira di bioskop, pasti masih banyak produser yang berspekulasi mencari keuntungan dengan cerita gak jelas. Dibandingkan dengan film indie yang masih punya bobot dan tujuan dalam inti ceritanya, film2 penggembira itu sekedar nongol, dan ketika kita lewat di depan suatu bioskop atau main ke rental film, kita baru sadar "Oh, ada film Indonesia yang judulnya ini ya? kok kayaknya gak pernah tayang di bioskop ya?"
Saya, salah seorang penikmat film sangat berharap adanya film berbobot, berkelas, dengan cerita, kemasan, lakon yang jelas. Tidak perlu bertabur bintang, asalkan promosinya bagus pasti menarik perhatian. Lihatlah berapa jumlah bintang di Laskar Pelangi? Bandingkan dengan Janji Joni, The Tarix Jabriex, Love, Gie atau Soulmate.
Bravo film Indonesia !!! Aku cinta dengan produk Indonesia (tapi kalo berkualitas, kalo nggak - ya.... maaf)

No comments: