Review/preview - Issue - News - Comments - Mind words

Friday, January 02, 2009

Pendidikan gratis ?!!!

Sebagai seorang pembimbing dalam sebuah kelompok belajar (hanya dalam lingkup desa koq), saya menemukan adanya ketimpangan dalam kebijakan sekolah gratis (meski pada kenyataannya juga gak gratis sih) yang ditawarkan pemerintah. Fenomena dilematis tentang efisiensi pendidikan dan kompetensi yang prematur.
Saya bukan pakar pendidikan atau pakar apalah yang pantas memberi komentar, tapi sebagai warga negara Indonesia yang ingin negaranya maju dan punya kompetensi di kancah internasional, boleh dong ngasih pendapat, biarpun pendapat asal njeplak aja.
Sebagai pandangan saja, dulu waktu saya sekolah (keliatan kalo udah tua nih) saat sekolah masih harus membayar sejumlah uang yang bikin orangtua kebingungan, semua pihak sepertinya masih punya rasa bertanggung jawab tentang masa depan pendidikan.
- Sebagai murid, masih ada rasa malu jika mendapat nilai buruk apalagi sampai tinggal kelas. Masih ada daya pacu untuk menjadi lebih baik. Yah, meskipun gak semua murid, tapi jumlah murid yang begajigan tidak seberapa dengan yang punya tanggung jawab.
- Sebagai orangtua, masih tanggap dengan segala perkembangan yang terjadi pada anaknya karena tanggung jawab finansial yang mereka emban.
- Sebagai pendidik, masih ada responsiblitas terhadap perkembangan anak didik dan perkembangan dunia ilmu pendidikan.

Tapi, apa yang terjadi kini saat pendidikan dinyatakan gratis oleh pemerintah melalui tawaran program BOS yang menyedot subsidi pemerintah ratusan juta atau bahkan milyaran rupiah (menjadi ladang korupsi) ?
- Murid mulai gak peduli dengan kapabilitas pendidikan yang mereka bisa. Yang penting tiap hari masuk sekolah, gak peduli pelajarannya apa. Dan itu membuat mental mereka gak bener.
- Orangtua pun jadi tak acuh dengan pendidikan anaknya, toh pendidikan sekarang gratis - urusan gak naik kelas juga gak mengacau kondisi keuangan. Paling cuma gengsi dengan tetangga sebelah atau kerabat mereka.
- Para pendidik pun mulai stagnan dengan bekal pendidikan dan cara mendidik yang mereka punya. jadi nya kegiatan belajar mengajar seolah buntu dan pasif.

Lalu yang terjadi adalah :
1. Anak2 / murid2 mulai berani dengan orangtua dan guru yang tidak memberi mereka konstribusi positif bagi mereka selain sandang, pangan dan papan.
2. Hubungan antara orangtua dan anak menjadi renggang karena kedua pihak seperti tidak saling peduli dengan perkembangan yang terjadi.
3. Guru / pendidik tidak mendapat kemajuan kompetensi untuk mengejar kompetensi yang diharapkan negara. Karena merasa insentif liar bagi mereka kini terbelenggu.
4. Pendidikan di Indonesia tidak akan pernah maju dengan tunas bangsa yang hanya berpikir tentang kesenangan diri sendiri yang sesaat alias hedonisme.
5. Subsidi pemerintah untuk kemajuan pendidikan menjadi sia-sia tanpa hasil yang kentara.
6. Kurikulum yang terus berganti yang akhirnya membuat kacau pola pendidikan di garis depan. Pemerintah gak tau betapa guru2 dan murid2 belingsatan beradaptasi dengan kurikulum yang terus berubah.
7. Jangan pernah berharap Indonesia maju jika kondisi masih seperti ini.

Ini adalah buah simalakama yang disuguhkan pemerintah kepada warga negara Indonesia. tujuannya untuk meringankan beban ekonomi keluarga miskin untuk memberi pendidikan kepada putra-putri mereka sebagai penerus bangsa. Tapi di lain sisi justru memanjakan karena tidak ada lagi tanggung jawab besar.
Dulu sekolah adalah invenstasi, sekarang sekolah adalah kegiatan sehari-hari daripada nganggur di rumah. Mau jadi apa bangsa tercinta ini jika penerusnya tidak mau menghargai diri sendiri?

Saya pernah tinggal di Papua selama 2 bulan, disana pendidikan benar2 gratis termasuk seragam dan buku2 pegangan siswa. Karena kalau gak gratis mana ada penduduk pribumi maupun transmigran yang sudi menyekolahkan anaknya, lebih baik dirumah membantu orangtua berburu, berdagang atau mengumpukan gaharu.

Saya sebagai salah satu pihak yang peduli dengan perkembangan dunia pendidikan menjadi miris melihat apa yang terjadi dengan anak didik saya di kelompok belajar tempat saya bernaung.
saya berharap pemerintah lebih tanggap dan peduli pada apa yang terjadi di bawah, bukan hanya sibuk mengais rejeki (baik yang halal maupun yang haram).
Forza Indonesia !!!

No comments: